ALADDIN138. Beberapa periset dari Australia temukan ada pecahan batu berumur 3,48 miliar tahun yang diperhitungkan sebagai meteor pertama kali yang menubruk bumi. Pecahan baru itu dikenali sebagai spherules yang kemungkinan tercipta saat meteor menghajar bumi, lalu menyembur bebatuan cair ke udara.
Merilis Live Science, bebatuan menetes itu selanjutnya mendingin dan mengeras jadi manik-manik yang terpendam sepanjang beberapa ribu tahun.
Beberapa periset mengaitkan jika bebatuan itu sebagai bukti paling tua dari imbas bolide prospektif dalam catatan geologis bumi.
Beberapa periset dari Australia temukan ada pecahan batu berumur 3,48 miliar tahun yang diperhitungkan sebagai meteor pertama kali yang menubruk bumi. Pecahan baru itu dikenali sebagai spherules yang kemungkinan tercipta saat meteor menghajar bumi, lalu menyembur bebatuan cair ke udara.
Merilis Live Science, bebatuan menetes itu selanjutnya mendingin dan mengeras jadi manik-manik yang terpendam sepanjang beberapa ribu tahun.
Beberapa periset mengaitkan jika bebatuan itu sebagai bukti paling tua dari imbas bolide prospektif dalam catatan geologis bumi.
Tehnik Penetapan Umur Spherules
Dalam tentukan umur spherules yang diketemukan di tahun 2019, beberapa periset memakai isotop, versus dari elemen kimia yang serupa dan mempunyai massa berlainan karena jumlah neutron dalam nukleusnya. Menurut Yakymchuk, tehnik itu termasuk kuat dan handal.
“Kami mempunyai ide bagus mengenai umur mereka berdasar penanggalan isotop mineral zirkon,” ungkapkan Yakymchuk.
Sesudah ditelaah, formasi kimia dari spherules itu berlainan dan asing. Mereka mengetahui ada elemen barisan platinum seperti iridium dengan jumlah yang tinggi sekali dibanding bebatuan terestrial dan mineral yang disebutkan spinel nikel-kromium dan isotop osmium dalam range tipikal umumnya meteorit.
Mereka menulis jika bagian itu mempunyai karakter wujud halter dan tetes air mata dari spherule tumbukan dan berisi gelembung, yang condong tercipta saat recikan bebatuan menetes jadi padat sesudah gempuran meteor.
Bukti Tubrukan Meteor dengan Bumi Susah Diketemukan
Harus dipahami, jika beberapa periset sampai sekarang masih susah temukan bukti tabrakan meteor dan bumi hingga kerap jadi pembicaraan. Ini karena lurus tektonik dan erosi kerak planet yang bisa hapus tapak jejak tubrukan.
Satu diantaranya sebuah study tahun 2016 mengenai kawah meteor paling tua di dunia memacu pembicaraan seru di kelompok periset. Namun, saat kemampuan alam hapus kehadiran kawah, spherules masih tetap ada dan jadi bukti yang masih ada dari kejadian itu.
Menurut Yakymchuk, ada dua barisan bebatuan yang terkait dengan bentrokan ini.
“Barisan pertama ialah di mana masih tetap ada kawah tabrakan yang terawetkan umurnya tua dan mempunyai susunan Yarrabubba berumur 2,23 miliar tahun di Australia Barat,” jelas Yakymchuk.
“Barisan ke-2 ialah di mana kami mempunyai pecahan batu dan mineral yang terbentuk lewat tumbukan, tapi mereka sudah dikeluarkan dari kawah tabrakan dan saat ini diketemukan di batu-batuan,” paparnya.
Team itu kini sedang pelajari bebatuan yang membuntel spherules dan menganalisa beragam susunan sedimen yang mereka bor untuk memperbaiki pengetahuan mereka mengenai gempuran meteor. Kejadian lalu semacam ini tentu saja jadi panduan sangat jarang mengenai riwayat planet Bumi.
Sekarang, seperti diambil dari IFL Science, Rabu (1/3/2023) beberapa periset sudah mengenali kombinasi ciri khas mineral luar angkasa dalam tanah dan tentukan jika itu sebetulnya dibuat oleh imbas meteorit besi-nikel.
Dengan lebar 200 mtr. dan kedalaman 30 mtr., kawah ini relatif kecil. Kawah tumbukan semacam itu langka, cuma 190 yang dijumpai di penjuru dunia dan cuma tiga yang terdaftar di Eropa Barat, menurut Earth Impact Database. Kawah-kawah ini, diketemukan di Prancis dan Jerman, semua lebih besar dibanding yang berada di kilang anggur.
“Kawah dapat tercipta dalam beberapa langkah, dan kawah meteorit memang langka,” kata penulis study Profesor Frank Brenker dari Kampus Goethe Frankfurt pada sebuah pengakuan.
“Tetapi, saya temukan beragam interpretasi lain mengenai bagaimana tempat stres ini dapat tercipta tidak memberikan keyakinan dari sudut pandang geologis,” ucapnya.